Ketika ditanya, kenapa kamu suka menulis?

Ketika ditanya, kenapa kamu suka menulis? - Ada yang bisa menjawab? Hei, kamu yang di sana? Kenapa diam saja? Jangan hanya menyuarakan suaramu dalam tulisan, tapi hatimu juga perlu. Ingat itu!

Selain meyukai hujan dan senja serta bunga, aku, seorang mahasiswa pertanian juga suka menulis. Menurutku menulis itu ya menulis itu sendiri. Hah, jawaban macam apa itu. Anak SD juga bisa menjawabnya. Semua orang juga tahu. Jadi?

Menulis itu romantis. Kita bisa berlama-lama dengannya di dunia yang berbeda seolah milik kita saja. Tidak perlu meributkan hiruk pikuk di luaran sana. Sunyi, menepi, larut dalam pikiran. Bebas mengekspresikan apa saja. Jadi teman curhat resah gelisah. Jadi teman penghibur pelipur lara. Lengkap sudah.

Menulis itu gratis. Nggak perlu membayar mahal untuk menghibur diri. Cukup dengan menulis, semua rasa terluapkan. Ya, bagiku menulis dapat mencurahkan rasa yang tidak atau belum sempat dikeluarkan. Mengemukakan pikiran tanpa harus bersuara. Tidak perlu bingung mau keluar biaya berapa.

Menulis itu eksotis. Kok bisa? Ya, karena memiliki daya tarik sendiri sehingga bisa menebar manfaat seluasnya. Kita bisa menanam benih kebaikan dan panen buah hasil kebaikan tersebut. Resepnya dengan menulis untuk orang lain, tidak hanya bagi diri sendiri. Menulis dari hati tulus ikhlas. Tulisan yang baik akan berkesan di hati pembaca meski penulis telah tiada. Tulisannya akan abadi di dunia, dikenang selamanya. Bahagia nggak kalau ada orang yang berubah jadi lebih baik, termotivasi, menjadi lebih semangat karena membaca tulisan kita?

Jadi, kenapa aku suka menulis? Karena menulis itu romantis, gratis dan eksotis. Tak perlu panjang lebar. Cukup tiga kata penuh kepastian. Seperti aku, kamu dan kita. Semangat. Ayo tuliskan isi hati dan pikiranmu! Jangan sampai menyesal nanti kalau menulis semenyenangkan ini! Dan asal kamu tau, menulis masuk dalam daftar sumber kebahagiaanku.