"Dia cinta sama aku, jadi ya aku terima buat jadi pacarnya," kata seseorang. Tunggu dulu, itu cinta atau nafsu? Kok mengarah kemaksiatan. "Pacarannya nggak ngapa-ngapain, nggak pegangan tangan, cuma chattingan," belanya lagi. Sama saja kan itu bisa dikategorikan mendekati zina. Kita punya batasan dalam berinteraksi dengan lawan jenis, seperlunya saja, tinggalkan yang tidak ada kepentingan. Karena ada yang harus dijaga yakni hati.
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (Quran Surat Al-Isra Ayat 32)Mendekati zina saja sudah dilarang, apalagi zina. Di ayat tersebut ditegaskan untuk menjauhi segala sesuatu yang bisa mengantarkan zina, segala pemicunya, segala yang dapat menjerumuskan kepada perbuatan itu dan sesuatu yang membuka jalan untuk zina. Zina adalah perbuatan paling keji dan jalan yang sangat buruk. Seburuk-buruk jalan adalah jalan yang mengantarkan kepada perzinaan.
Larangan dari mendekati perzinaan itu lebih mengena dibandingkan sekedar
larangan dari melakukannya. Karena larangan (mendekati zina) itu mencakup semua
tindakan awalan dan faktor penyulutnya. Ibaratnya tidak akan ada api kalau
tidak ada yang menyulutnya.
"Ah,
kita hanya komitmen saja. Beberapa tahun lagi kami akan menikah,"
sanggahnya lagi. Apakah ada jaminan? Bagaimana jika bukan? Dan bagaimana jika
kematian yang menjemput dulu?
Sudah
akhiri saja. Jangan mengikuti hawa nafsu atau mengatasnamakan cinta. Kasihan
kalau cinta yang disalahkan. Padahal cinta itu fitrah dan suci. Maka harus
diikat dengan pernikahan yang halal dan menjemputnya dengan cara yang baik.
Jangan sampai hati kita mati dikuasai oleh hawa nafsu dan keinginan sehingga
tertutup dari mengenal Allah.
Posting Komentar